Top
Selasa, 27 Mei 2025 | Edukasi

Contoh cerita berikut ini bertema tentang Hidup Bermasyarakat, yang merupakan salah satu kebiasaan yang sedang digaungkan oleh Kemendikdasmen dalam gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Terlibat dalam kegiatan sosial mengajarkan anak tentang nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan gotong royong. Dengan aktif bermasyarakat, anak-anak belajar memahami peran mereka sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar dan membangun rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. - Abdul Mu’ti (2024), Puslapdik.dikdasmen.go.id Kegiatan sosial membantu anak belajar kebersamaan, toleransi, dan gotong royong, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai bagian dari komunitas. Baca juga: Modul Ajar Mingguan Topik Aku Anak PHBS | Contoh RPPM Pembiasaan Hidup Bersih & Sehat PAUD Usia 5-6 Tahun "Alone, we can do so little; together, we can do so much." — Helen Keller, The Story of My Life (1903) Helen Keller menjelaskan bahwa kekuatan sejati muncul dari kebersamaan. Ia menunjukkan bahwa kerja sama dalam masyarakat jauh lebih berdampak dibandingkan usaha individu semata, mengajarkan pentingnya hidup bermasyarakat dan saling membantu. Berikut ini adalah contoh dongeng untuk anak PAUD - Sekolah Dasar yang mengajarkan tentang pentingnya hidup bermasyarakat. Baca juga: FREE Download Printable LKPD PAUD / TK : Pengembang Keterampilan Menulis dan Mengenal Benda Sekitar 1. Jumbo dan Pertolongan Pak Budi Di suatu pagi yang cerah, Jumbo ingin memasak mie instan sendiri di dapur.Ia menyalakan kompor di atas panci berisi mi instan.Lalu, Jumbo meninggalkan dapur, dan sibuk bermain handphone di kamar.Jumbo lupa kalau ia sedang memasak mie instan. Tidak lama kemudian, asap tebal keluar dari dapur rumah Jumbo.Pak Budi, tetangga sebelah Jumbo, melihat asap dan langsung berteriak, "Kebakaran!"Ia cepat-cepat masuk ke rumah Jumbo dan mematikan api di dapur.Bu Sari menelepon pemadam kebakaran untuk berjaga-jaga. Jumbo menangis karena takut, tapi Pak Budi menenangkannya.“Tidak apa-apa, tapi lain kali jangan tinggalkan kompor menyala ya,” kata Pak Budi.Ibu Jumbo berterima kasih kepada para tetangga yang sudah membantu.Sejak itu, Jumbo jadi lebih berhati-hati dan makin sayang pada tetangganya. Pesan moral: Kita harus berhati-hati saat menggunakan alat berbahaya seperti kompor, dan tidak boleh meninggalkannya dalam keadaan menyala Dalam kehidupan bermasyarakat, saling peduli dan membantu tetangga sangat penting, terutama saat ada bahaya atau membutuhkan bantuan. Pertanyaan refleksi: Apa yang bisa terjadi jika kita meninggalkan kompor menyala seperti yang dilakukan Jumbo? Bagaimana perasaanmu jika menjadi tetangga yang melihat ada kebakaran? Apa yang akan kamu lakukan? Mengapa penting untuk saling membantu antar tetangga seperti Pak Budi dan Bu Sari? Baca juga: Contoh JURNAL HARIAN 7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT untuk PAUD dan SD 2. Kisah Donald: Peduli Kesehatan Lingkungan Pada hari Minggu pagi yang cerah, Donald melihat selokan di dekat rumahnya penuh dengan sampah.Airnya mampet dan mengeluarkan bau tidak sedap.Donald mengajak ayahnya untuk membersihkan selokan tersebut.Ayah Donald setuju, dan mereka mulai membersihkan sampah dari selokan. Seorang tetangga yang melihat mereka turut serta membantu.Melihat itu, tetangga-tetangga pun ikut membantu.Ada yang membawa sapu, serokan, cangkul, karung sampah, dan alat pencabut rumput.Mereka bekerja sama dengan penuh suka cita dan semangat. Setelah satu jam, selokan pun bersih dan air bisa mengalir lagi.Pak RT memuji semangat Donald karena sudah mengajak warga membersihkan lingkungan.Donald merasa senang bisa melakukan suatu hal yang berguna bagi masyarakat. Ia juga belajar pentingnya kerja sama dalam hidup bermasyarakat. Pesan moral: Kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar adalah tanggung jawab bersama. Dengan semangat gotong royong, pekerjaan berat menjadi lebih ringan dan menyenangkan. Satu hal baik dan sederhana bisa mempengaruhi orang lain di sekitar kita, dan bahkan bisa membawa perubahan yang baik bagi dunia. Baca juga: 6 Keterampilan Sosial yang Harus Dimiliki Anak Usia Dini Pertanyaan refleksi: Apa yang terjadi jika Donald tidak peduli dan membiarkan selokan tetap kotor? Mengapa bekerja sama dengan warga sekitar itu penting? Apa yang bisa kamu lakukan jika melihat lingkungan di sekitarmu kotor? “Young children are important because they contain within themselves the ingredients for learning, in any place and at any time. Parents and teachers are important, too. And that’s because they still control the one early learning environment that trumps all the others: the relationship with the growing child.” — Erika Christakis Erika Christakis menjelaskan dalam bukunya bahwa anak-anak usia dini memiliki potensi alami untuk belajar kapan dan di mana saja. Orang tua dan guru adalah dua sosok yang paling dekat dengan keseharian anak. Mereka bisa bekerja sama untuk membantu anak mengajarkan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat sejak anak berusia dini, sehingga anak akan makin siap menghadapi tantangan di masa dengan dengan semangat kerja sama dan dalam komunitas. Baca juga: Si Kecil Masuk SD? Kembangkan Keterampilan Sosial dengan Cara Mudah Ini Semoga dongeng di atas bermanfaat dalam membangun kesadaran anak akan pentingnya hidup bermasyarakat, khususnya untuk anak PAUD / TK usia 4-6 Tahun dan Sekolah Dasar. MARBEL TK DAN PAUD: Teman Bermain Anak Indonesia untuk Tumbuhkan Keterampilan Dasar di PAUD   Sumber referensi: Helen Keller (1903). The Story of My Life ) [1] Erika Christakis (2016). The Importance of Being Little: What Preschoolers Really Need from Grownups [2] Abdul Mu’ti (2024). Puslapdik.dikdasmen.go.id [3].

Senin, 26 Mei 2025 | Edukasi

Ayah Bunda sahabat Educa, Kemendikdasmen saat ini sedang meluncurkan gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. "Bangun pagi merupakan kebiasaan yang mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan, keseimbangan, produktivitas, dan menghargai waktu yang berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik." - Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2025 Membiasakan si kecil untuk bisa bangun pagi merupakan suatu hal yang baik dan perlu ditanamkan sejak dini. Kebiasaan ini bisa meningkatkan karakter kedisiplinan, keseimbangan, produktivitas, dan menghargai waktu. Tentu saja, dalam jangka panjang si Kecil akan semakin memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Baca juga: Dongeng 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat tentang BERIBADAH: Ceritanya Mudah & Simpel “A consistent wake-up time is just as important as a consistent bedtime. It sets the tone for the child’s entire day.” - Richard Ferber Waktu bangun yang konsisten sama pentingnya dengan waktu tidur yang konsisten. Rutinitas bangun pagi membantu anak memulai hari dengan lebih terstruktur dan positif. Bagaimana cara menanamkan kebiasaan ini sejak anak berusia dini? 1. Lakukan rutinitas malam yang positif “A positive bedtime routine not only helps a child fall asleep faster but also teaches them that sleep is a predictable and comforting part of life.” - Jodi A. Mindell (2005) Ajak si kecil melakukan kegiatan mendongeng, membaca buku, bermain, dan kegiatan positif lainnya. Membiasakan si Kecil tidur di jam yang teratur akan memberikan pemahaman kepadanya pentingnya kehidupan teratur dan menenangkan. Pastikan si Kecil bebas dari kegiatan dengan layar atau perangkat digital. Baca juga: Contoh JURNAL HARIAN 7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT untuk PAUD dan SD 2. Pentingnya memuji dan memotivasi “Acknowledging a child’s good behavior with specific praise helps reinforce positive actions and builds their self-esteem.” - Adele Faber & Elaine Mazlish (1980) Bagi si Kecil, pujian yang spesifik dan motivasi dari Ayah Bunda saat ia melakukan hal baik adalah semangat dan kegembiraan tersendiri baginya. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang semakin berani dan percaya diri, dan tentu saja akan semakin memperkuat karakternya dalam membiasakan diri untuk bangun pagi. Ayah Bunda juga bisa memberikan apresiasi dengan memberikan hadiah kecil pada si Kecil. Baca juga: Contoh Dongeng dan Aktivitas Tema Bangun Pagi: 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Usia PAUD - SD 3. Mengatur cahaya dan dekorasi ruangan Membuka ruangan untuk membiarkan cahaya matahari masuk adalah hal penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan kamar. Ayah Bunda juga bisa membuka tirai sedikit sebelum si Kecil bangun tidur. Agar si kecil bisa tidur dengan lebih nyaman dan demi menjaga kesehatan mata, Ayah Bunda juga bisa menyalakan lampu tidur. Ayah Bunda juga bisa mendekorasi ruangan semenarik mungkin, agar ia merasa bahagia dan nyaman berada di kamar. 4. Fun activity di pagi hari “Starting the day with a joyful and purposeful activity helps children look forward to waking up early.” - Hal Elrod (2016) Siapkan kegiatan pagi yang menyenangkan dan menarik, misalnya bermain bersama, senam sederhana, sarapan yang lezat, dan lainnya. Buat si Kecil merasa bahwa bagun pagi adalah kegiatan yang sangat menyenangkan, serta baik untuk kesehatannya. Pahami pula kegemaran si Kecil agar bisa memberikan kegiatan yang semakin menarik. Baca juga: Kegiatan Ceria di PAUD saat Pagi Hari: Tips Jitu Pembangkit Semangat Belajar Anak 2-4 Tahun 5. Menjadi teladan Si kecil biasanya suka meniru kebiasaan Ayah Bunda. Jika Ayah Bunda gemar bangun pagi, maka si kecil akan semakin termotivasi untuk bangun pagi. Pastikan saat si kecil bisa bangun pagi, Ayah Bunda juga telah siap mengajak si kecil melakukan kegiatan yang menyenangkan. Baca juga: Modul Ajar Kelompok Bermain Tema Bangun Pagi - 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat KB 2-4 Tahun Deep Learning 6. Mengurangi makanan manis di malam hari “Avoiding sugary snacks before bedtime helps prevent sleep disturbances and promotes restful sleep in children.” - . Dr. Michael R. Deslauriers (2005) Makanan manis atau yang mengandung gula bisa meningkatkan energi dan membuat si kecil sulit untuk tenang saat hendak tidur. Ayah Bunda bisa memberikan susu atau buah-buahan yang segar kepada si Kecil untuk dikonsumsi. “Early rising not only promotes better learning habits but also helps young children develop a consistent and calm start to their day.” Erika Christakis (2016) Ayah Bunda sahabat Educa, bila si Kecil terbiasa bangun pagi, ia juga akan terbiasa untuk memulai hari dengan tenang dan konsisten. Tentu saja hal ini juga akan memengaruhi emosi dan konsentrasinya dalam menerima materi pelajaran. Semakin cepat si Kecil menyadari hal ini, maka ia akan semakin termotivasi pula untuk memulai hari dengan bangun pagi demi meraih prestasi yang gemilang. KABI (Kisah Teladan Nabi): Teman Mendongeng Anak Indonesia untuk Tumbuhkan Karakter Islami   Sumber referensi: Erika Christakis (2016), The Importance of Being Little [1] Dr. Michael R. Deslauriers (2005), Healthy Sleep Habits, Happy Child [2] Hal Elrod (2016). The Miracle Morning for Parents and Families [3] Adele Faber & Elaine Mazlish (1980). How to Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk [4] Jodi A. Mindell (2005). Sleeping Through the Night: How Infants, Toddlers, and Their Parents Can Get a Good Night's Sleep [5] Richard Ferber (2006). Solve Your Child’s Sleep Problems [6] Kemendikdasme (2025). Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2025 [7].

Kamis, 22 Mei 2025 | Edukasi

Dongeng bisa menjadi sarana efektif dalam menanamkan moral dan akhlak kepada anak didik. Saat ini, Kemendikdasmen sedang mensosialisasikan gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat terdengar sangat sederhana, namun jika gerakan itu mampu diinternalisasikan dengan sempurna akan membawa dampak yang luar biasa terhadap perubahan bangsa. Melalui gerakan ini akan menghasilkan anak-anak Indonesia yang tangguh, unggul dan bertanggung jawab baik kepada dirinya maupun terhadap masyarakat. - Dikdasmen, Pdm.dikdasmen.go.id, (2025) Baca juga: Kabi Kisah Teladan Nabi sebagai Bentuk Pengenalan Ibadah pada Anak Usia Dini Salah satu dari 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat adalah beribadah. Mengapa anak didik perlu mendapatkan edukasi tentang pentingnya beribadah? "Teaching children to pray and participate in religious practices is essential for nurturing a sense of spirituality that will guide them throughout their lives." — Smith, J. (2016). Menurut Smith, mengajarkan anak beribadah sejak anak berusia dini dapat menanamkan nilai spiritual yang akan mendalam seiring bertambahnya usia. Membiasakan anak beribadah pada masa kanak-kanak membantu menumbuhkan moralitas dan perilaku yang baik dan positif, serta memberikan rasa damai. Anak juga semakin memahami akan tujuan hidupnya, atau bahwa hidup bukan hanya mengejar kesuksesan dunia, tapi juga mengejar urusan surgawi dan pelayanan kepada sesama. Baca juga: Contoh JURNAL HARIAN 7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT untuk PAUD dan SD Dengan memperkenalkan konsep beribadah sejak dini, anak-anak belajar untuk melihat hidup sebagai perjalanan yang melibatkan nilai-nilai yang lebih tinggi, seperti kasih, empati, dan pengabdian, yang semuanya penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan penuh rasa saling menghargai. 1. Doa Si Dompu (Umum) Di sebuah padang rumput, hiduplah seekor domba kecil berbulu putih bersih bernama Dompu. Dompu selalu berdoa sebelum makan dan tidur. Teman-temannya bertanya, "Mengapa kamu berdoa, Dompu?"Dompu tersenyum, "Agar aku selalu disayang dan dilindungi Tuhan."Suatu hari, badai datang. Semua hewan takut dan bersembunyi. Dompu pun berdoa, "Ya Allah, lindungi kami."Dengan tenang Dompu berlari menuju sebuah gua. Dompu mengajak teman-teman lainnya untuk berlindung. Setelah badai reda, dan matahari muncul kembali. Teman-teman senang dan berkata, "Doamu membuat hati kami tenang. Engkau juga telah membantu kami menemukan gua untuk kami berlindung"“Benar sekali, selain dilindungi Tuhan, berdoa membuat kita menjadi tenang dan sabar dalam menghadapi suatu persoalan,” kata Dompu dengan rendah hati. Sejak itu, semua domba rajin berdoa dan berdoa bersama Dompu. Pesan Moral: Mari berdoa agar selalu berada dalam lindungan Tuhan. Hati menjadi lebih tenang, tidak ada ketakutan, dan menjadi lebih berani melakukan hal yang baik. Kita juga akan menjadi pribadi yang semakin peduli pada sesama.  Baca juga: Contoh Naskah Pidato Bertema Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat di Awal Semester 2 untuk PAUD / TK 2. Galu yang Selalu Bersyukur (Umum) Ada seekor Gajah kecil bernama Galu. Ia dikenal sebagai pribadi yang penyabar dan selalu bahagia. Ia selalu bersyukur atas segala peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Saat bangun tidur, Galu berkata, “Aku bersyuku bisa bangun pagi dengan tubuh sehat. Udara hari ini juga sangat segar!”Saat makan, Galu juga berkata, “Aku bersyukur bisa makan hari ini. Makanannya juga sangat enak!”Teman-temannya bertanya, “Kenapa kamu selalu terlihat bahagia, Galu?”Galu menjawab, “Karena saya rajin beribadah. Saya jadi mudah bersyukur atas apa pun yang terjadi dalam hidup saya.” Suatu hari, Galu jatuh sakit. Teman-temannya datang menjenguk. Galu tidak terlihat sedih. Ia justru bisa menghibur teman-temannya agar tidak terlalu khawatir. Galu juga mengajak teman-temannya berdoa, tidak hanya untuk kesembuhannya. Namun, Galu juga mendoakan teman-temannya agar selalu sehat. Teman-teman Galu kagum pada Galu. Teman-teman Galu menjadi termotivasi untuk rajin beribadah. Pesan moral: Rajin beribadah akan membuat hati kita mudah bersyukur dan selalu sabar dalam menghadapi setiap persoalan. Kita akan semakin mampu menjadi pembawa damai dan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitar kita. Baca juga: Cara Orang Tua Mengajarkan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat 2025 Sesuai Anjuran Kemendikdas 3. Keti Rajin Mengaji (Islami) Keti si kucing kecil suka duduk di dekat Ibu saat membaca Al-Qur'an. Ia pun belajar mengaji satu huruf setiap hari. “Alif... Ba... Ta...” kata Kiki dengan semangat.Ibu berkata, “Mengaji membuat hati menjadi bersih dan otak menjadi cerdas.”Setiap selesai mengaji, Keti selalu merasa gembira. Ia jadi lebih sabar dan suka membantu teman.Suatu hari, ketika ada teman Keti sedang sedih. Keti menghiburnya dan mengajaknya membacakan doa pendek.Temannya tersenyum dan berkata, “Hatiku terasa lebih damai dan tenang.”Keti pun bahagia, “Mengaji membuatku jadi anak baik.” Teman Keti ikut belajar mengaji juga. Mereka menjadi sahabat yang baik. Pesan moral: Mengaji dan beribadah akan membuat hati kita menjadi lebih damai dan tenang. Apalagi kalau dilakukan bersama. Rasa persaudaraan menjadi semakin erat. Baca juga: Contoh Dongeng dan Aktivitas Tema Bangun Pagi: 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Usia PAUD - SD Selain untuk diberikan di sekolah, semoga dongeng di atas juga bisa dimanfaatkan oleh orang tua untuk diberikan kepada buah hatinya di rumah. “Family life is the source of the greatest human happiness. This happiness is the simplest and least costly kind, and it cannot be purchased with money. - Havighurst, R.J (2025). Jadikan kebiasaan ibadah sebagai kebiasaan yang menyenangkan, karena bisa dilakukan bersama dengan seluruh anggota keluarga. Pembiasaan ibadah bersama dalam keluarga dapat menjadi salah satu cara untuk memperkuat ikatan keluarga dan menciptakan kebahagiaan yang mendalam dan bermakna. RIRI (Cerita Anak Interaktif): Koleksi Dongeng Menarik Pembangun Karakter Anak Indonesia   Sumber referensi: Robert J. Havighurst (2025) [1] PDM Dikdasmen. 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Menuju Indonesia Emas,2025 [2] Smith, J. (2016). "The Role of Early Religious Education in Child Development." Journal of Child Psychology and Religion, 45(2), 134-145 [3]

Kamis, 10 April 2025 | Edukasi

Di sekolah, khususnya di PAUD atau SD sosok guru adalah sosok yang paling menjadi sorotan bagi siswa. Siswa bisa menganggap guru sebagai pemberi ilmu, teladan, sahabat, idola, dan lainnya. Guru memiliki kekuatan dalam mengubah siswa ketika mereka berada di sekolah. Dampak perkataan guru terhadap mental siswa Haim G. Ginott, seorang psikolog dan pendidik, mengungkapkan: "Saya telah menyimpulkan bahwa pentingnya kata-kata yang diucapkan guru kepada siswa tidak dapat diremehkan. Kata-kata dapat membawa kehancuran atau penyembuhan. Kata-kata dapat menghancurkan semangat atau membangkitkannya." Guru memiliki “power” untuk mengubah siswa, dari segi keterampilan, kecerdasan, dan dan karakternya. Itulah mengapa guru perlu berhati-hati dalam berkata-kata. Karena kata-kata yang diucapkan guru kepada siswa, baik secara akumulatif, apalagi kata-kata yang langsung merujuk pada seorang siswa, bisa membawa dampak yang besar bagi mental siswa. Haim G. Ginott menyebut bahwa kata-kata guru bisa “membawa kehancuran” atau “penyembuhan”, “menghancurkan semangat: atau “membangkitkannya”. Baca juga: Menanamkan 22 KEBIASAAN POSITIF pada Anak 1-2 TAHUN dengan Cara Menyenangkan Label negatif dari guru dan dampaknya bagi siswa Memberikan label negatif kepada seorang siswa juga bisa membawa dampak negatif bagi perkembangan mental siswa tersebut. Misalnya, saat seorang guru memberikan label “susah diatur” kepada seorang siswa. Berikut ini beberapa dampak negatifnya: Menumbuhkan bibit bullying: Teman-teman sekelas berpeluang untuk menyebut atau memperlakukan siswa tersebut sesuai dengan label negatif yang diberikan gurunya. Siswa lain bisa ikut mengucilkan atau mengejek siswa tersebut. Menurunkan kepercayaan diri: Siswa selalu merasa atau berpikir bahwa label gurunya adalah benar dan sulit diubah. Ia juga mungkin berpikir bahwa gurunya bisa membantunya agar bisa membuktikan bahwa label negatif tersebut bisa hilang. Namun, bila guru mengulang-ulang label negatif tersebut, siswa bisa tersugesti bahwa ia akan sulit berubah. Hal ini bisa berdampak pada menurunnya kepercayaan diri siswa tersebut. Efek Pygmalion (Self-Fulfilling Prophecy): James Rhem, menyatakan: "If a teacher believes a student can't achieve much, isn't very bright, they may tend to teach simpler things and create an atmosphere of failure." Keyakinan negatif guru terhadap kemampuan siswa, dapat menciptakan lingkungan yang kurang mendukung perkembangan siswa ke arah positif. Siswa bisa mengalami penurunan motivasi dalam mencapai hal yang positif lainnya. Padahal, ada banyak potensi, keterampilan, dan karakter siswa yang bisa dikembangkan. Satu kesalahan yang seorang siswa lakukan dan label yang disematkan oleh seorang guru karena kesalahan tersebut, bisa menurunkan semangat siswa dalam mencapai hal positif lainnya. Merusak hubungan baik guru dan siswa: Siswa yang mendapatkan label negatif cenderung akan menghindari dan bersikap lebih tertutup. Terkadang siswa menjadi kurang respek terhadap guru tersebut. Tentu saja, hal ini bisa berdampak negatif pada prestasi akademis siswa. Menghambat pertumbuhan sosio-emosional siswa: Siswa bisa tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri, serta kurang percaya diri. Apalagi, saat siswa lain mulai meremehkan, baik secara verbal maupun secara non verbal / perilaku (memandang secara sinis atau menertawakan). Baca juga: Inilah 7 Tips agar Anak Bisa Selalu Berpikir Positif Merespon perilaku negatif siswa secara positif dan bijaksana Jasper Fox, Sr. seorang pendidik, mengatakan: "Putting your students' emotional needs first is important because without feeling safe and understood, no instructional strategy will be effective." Kutipan di atas akan menjadi dasar dari langkah positif dan bijaksana yang perlu diambil oleh guru. Berikut ini adalah beberapa langkah tersebut: Terapkan pendekatan positifAjak siswa yang berperilaku negatif berbicara empat mata. Pahami karakter dan kebutuhannya. Setelah, itu berfokuslah memberikan nasihat dengan berfokus pada perilaku negatif yang siswa lakukan. Mungkin siswa akan melakukan kesalahan yang sama. Jangan lelah untuk terus mengingatkan tanpa ada embel-embel label negatif. Hindari hukumanJadikan konsekuensi edukatif sebagai hal yang perlu ia lakukan saat siswa membuat kesalahan (terutama yang dilakukan berulang-ulang). Misalnya dengan meminta siswa untuk berdiskusi empat mata atau mengajak siswa membuat surat kesepakatan untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama. Mengalihkan perhatianSaat Anda dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk menyelesaikan persoalan atau memberikan nasihat saat itu juga, Anda bisa mengalihkan perhatian siswa. Selanjutnya, Anda bisa mengajak siswa mendiskusikan bersama tentang kesalahan yang dilakukan dalam lingkup kelas (tanpa menunjuk si “A” yang berbuat salah). Anda bisa mengajak siswa berdiskusi, dengan mengatakan, “Tadi saya melihat ada beberapa siswa yang sibuk bermain sendiri saat guru menjelaskan”. Jadilah teladanJaga kata-kata dan perilaku Anda sebagai guru. Hal ini akan berdampak besar bagi cara siswa berkata-kata dan berperilaku dalam keseharian di sekolah. Berikan motivasi, apresiasi, dan inspirasiSeorang guru harus yakin bahwa setiap hari siswa akan berkembang menjadi lebih baik. Temukan perkembangan positif dari setiap siswa, bukan hanya menilai berdasar kesalahan yang dibuat siswa. Berikan apresiasi dan motivasi agar tetap semangat belajar dan berubah menjadi lebih baik.Sedangkan inspirasi bisa diberikan dengan menceritakan perkembangan positif siswa, atau memberikan inspirasi lewat dongeng / video cerita animasi (khususnya tentang cara mengatasi masalah dan memperbaiki kesalahan). . Pentingnya kerja sama dengan orang tuaAjak orang tua berdiskusi. Saat berdiskusi, pastikan Anda siap dengan perkembangan positif siswa dan baru kemudian menceritakan hal-hal yang masih perlu dikembangkan agar menjadi lebih baik. Pastikan perbanyak kata-kata positif selama berdiskusi dengan orang tua. Baca juga: Sikap Bijak Orang Tua Saat Anak Berbuat Salah "I've come to the frightening conclusion that I am the decisive element in the classroom... As a teacher, I possess a tremendous power to make a child's life miserable or joyous." - Haim G. Ginott, psikolog dan pendidik Guru PAUD & SD sahabat Educa, apakah kita ingin membuat hari-hari siswa penuh kegembiraan? Atau kesedihan? Semua kembali pada diri kita. Mari jadikan sekolah sebagai lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi semua siswa agar dapat tumbuh menjadi lebih baik dengan kata-kata positif, apresiatif, dan motivatif. Media Pembangun Karakter si Kecil: Cerita Anak Interaktif - RIRI   Sumber referensi: Ginott, Haim G. (1972). Teacher and child: A book for parents and teachers [1] Rhem. James. (2017). Pygmalion in the classroom [2] Fox, Sr. Jasper. (2023). Connection precedes learning and self regulation [3] Ginott, Haim G. (1972). Teacher and child: a book for parents and teachers [4]

Jumat, 28 Maret 2025 | Parenting

Ayah Bunda sahabat Educa, menanamkan sikap toleransi sejak dini sangat penting untuk membentuk generasi yang menghargai perbedaan dan hidup rukun dalam keberagaman. Sikap dan perilaku toleransi perlu diajarkan kepada anak usia PAUD dan Sekolah Dasar, terutama di lingkungan keluarga. Maria Montessori berkata, “Tanah adalah tempat akar kita berada. Anak-anak harus diajarkan untuk merasakan dan hidup selaras dengan Bumi."  Agar seorang anak bisa tumbuh selaras dengan lingkungannya, ia perlu memiliki sikap menghargai perbedaan. Perbedaan akan selalu ada di mana pun. Jangan sampai perbedaan menjadi penghalang bagi seorang anak untuk bertumbuh. Baca juga: Modul Ajar dan RPPH PAUD Spesial Ramadan Topik: Toleransi Beragama, Sub Topik: Sikap Baik kepada Orang Tua - Kurikulum Merdeka Sikap menghargai perbedaan perlu ditumbuhkan sejak dini. Di masa depan, anak akan menghadapi aneka perbedaan yang lebih beragam. Jangan sampai anak membuat pagar yang membatasi setiap perbedaan yang dihadapi. Toleransi mengajarkan anak untuk berpikiran terbuka, menerima orang lain apa adanya, serta memperlakukan mereka dengan baik, sebagaimana mereka ingin diperlakukan. Dr. Jane Nelsen dalam bukunya berjudul Positive Discipline, berkata, “Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika mereka melihat orang tua mereka memperlakukan orang lain dengan hormat dan kebaikan, mereka cenderung meniru perilaku tersebut." Orang tua memiliki peran utama dalam membangun sikap toleransi pada anak melalui suri teladan. Selain menjadi suri teladan, orang tua juga bisa membangun sikap toleransi dengan mengajarkannya melalui pembiasaan sehari-hari, misalnya dengan cara: Kegiatan bercerita: Cerita tentang kebhinekaan budaya untuk mengenalkan berbagai daerah dan tradisi di Indonesia. Menonton video: Berikan video atau acara TV yang menyuguhkan keberagaman budaya. Mengajarkan santun dalam berbicara: Pembiasaan ini perlu dilakukan kepada orang tua, termasuk asisten rumah tangga, teman, saudara, penjaga keamanan, dan karyawan di tempat umum. Memperhatikan gaya bercanda atau percakapan di depan anak: Ayah Bunda perlu menghindari percakapan di depan si kecil seperti "Orang yang dari suku A, pasti orangnya galak!" atau "Pantas saja kurang pintar, tubuhnya saja kurus kering gitu!". Atau percakapan lain yang kurang sopan didengar si kecil. Baca juga: Modul Ajar dan RPPH PAUD - TK, Topik: Sekolahku, Anti Bullying / Berteman dalam Keragaman - Kurikulum Merdeka Belajar Dampak tidak bertoleransi Kurangnya toleransi dapat menjadi awal dari perilaku perundungan. Anak yang tidak diajarkan untuk menghargai perbedaan cenderung mudah menilai dan menolak orang lain yang berbeda dengannya. Ketidaksukaan ini dapat berkembang menjadi perilaku mengejek, mengganggu, bahkan menyerang orang lain. Menumbuhkan rasa cinta kasih Anak perlu merasakan bahwa mereka dicintai tanpa syarat, bahkan saat berperilaku kurang baik. Sebagai orang tua dan pendidik, kita perlu membantu dan mengarahkan mereka untuk bersikap baik, bukan sekadar menghukum atau memarahi. Menerima dan menghargai perbedaan di rumah Mulai dari lingkungan keluarga, Ayah Bunda bisa menumbuhkan pemahaman tentang budaya toleransi kepada si kecil melalui nasihat dan pembiasaan berikut ini:  Menumbuhkan pemahaman bahwa setiap anggota keluarga memiliki sifat, gaya bicara, dan kemampuan berpikir yang berbeda. Tidak memaksakan anak untuk menjadi seperti saudara atau orang tua mereka. Membantu anak membangun rasa percaya diri dan nilai-nilai yang baik dalam dirinya. Baca juga:Ajarkan Keberagaman Budaya kepada Anak dengan Riri Cerita Anak Interaktif Mempelajari budaya dan tradisi lain Ajak anak untuk mempelajari bagaimana budaya lain merayakan sesuatu dan menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan mengenal keberagaman, mereka akan lebih terbuka, penuh empati, dan mampu hidup harmonis dalam masyarakat yang majemuk. Bambang Trimansyah, seorang ahli pendidikan dan budaya berkata, “Budaya adalah cara kita berbicara, cara kita berpikir, cara kita bertindak, dan cara kita berinteraksi. Mempelajari budaya lain adalah cara untuk memahami dunia dengan lebih baik." Ayah Bunda sahabat Educa, mari ajarkan nilai-nilai toleransi kepada si kecil demi masa depan Indonesia yang lebih damai dan bersatu! RIRI (Cerita Anak Interaktif): Membantu Kembangkan Karakter si Kecil dengan Media Dongeng   Sumber referensi: Montessori, Maria. (2022). Maria montessori quotes to inspire you [1] Nelsen, Dr. Jande. (1981). Positive discipline [2] Trimansyah, Bambang. (2019). Panduan penulisan buku cerita anak [3]

Kamis, 06 Februari 2025 | Parenting

Ayah Bunda Sahabat Educa, bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat bagi untuk menanamkan nilai-nilai positif pada si Kecil. Melalui kegiatan yang menyenangkan, anak usia 4-6 tahun dapat belajar banyak hal baik, mulai dari kesabaran hingga cinta lingkungan. Yuk, simak ide-ide kegiatan Ramadhan yang seru dan bermanfaat untuk mengembangkan karakter anak! Baca juga:12 Ide Lomba Ramadan Unik dan Menarik Anak PAUD untuk Usia 4-6 Tahun Sabar: Ajak si Kecil bersabar menantikan waktu berbuka puasa dan antri mengambil makanan Disiplin: Saat sahur adalah saat yang tepat mengajarkan hal ini. Biasakan si kecil menunaikan ibadah sholat subuh Rajin: Ajak si Kecil bertekun membaca Al-Qur’an dan melakukan pekerjaan rumah Bersyukur: Ajak si Kecil mengatakan “Alhamdulillah” untuk hal-hal sederhana yang boleh dinikmati dan dirasakan, misalnya tubuh yang sehat, memiliki rumah, dan lainnya Bersikap sopan: Ayah Bunda bisa mengajarkan cara berbicara dan mengucapkan salam dengan santun kepada orang lain, terutama yang lebih tua Kemandirian: Berikan bantuan seminimal mungkin saat si Kecil mengenakan baju dan merapikan mainan Murah hati: Ajarkan si Kecil menabung tidak hanya untuk keperluan pribadi. Namun, juga untuk disumbangkan kepada orang lain Pengasih: Ajak si Kecil mengamalkannya dengan cara merawat ciptaan Allah berupa tanaman dan hewan peliharaan. Ajak pula si Kecil berkegiatan sosial Peduli sesama: Ajak si Kecil berbagi makanan kepada teman, menjenguk teman yang sakit, dan bersedia bergiliran saat bermain dengan saudara kandung Jujur: Anak diajak untuk selalu berkata dan berbuat jujur dalam segala situasi, bahkan dalam hal-hal kecil seperti mengembalikan uang kembalian atau mengakui kesalahan LKA PAUD Gratis: Ratusan Lembar Kerja Anak bisa diunduh di platform ini Toleransi: Hindari larangan untuk anak bermain dengan teman yang berbeda (agama, suku, ras). Libatkan pula si Kecil untuk mengikuti kegiatan tentang budaya yang berbhineka Sikap menghormati: Ajarkan kepada si Kecil agar berusaha menatap wajah atau mata Ayah Bunda saat berbicara dan mendengarkan nasihat dengan seksama Kerja sama: Ajak si Kecil membersihkan rumah atau pekarangan rumah bersama-sama Kreatif: Ajak si Kecil membuat kartu ucapan selamat Idul Fitri atau membuat dekorasi rumah dari bahan-bahan limbah atau yang mudah ditemukan di rumah Cinta lingkungan: Siapkan bibit tanaman yang masih kecil, lalu mintalah si Kecil merawatnya dengan menyiram, memupuk, dan merawat kebun agar tetap bersih Tanggung jawab: Libatkan si Kecil dalam menyiapkan makanan sebelum berbuka puasa, dan ajak pula ia saat merapikannya. Berempati: Secara rutin, ajak si Kecil mengunjungi panti asuhan, terutama saat bulan Ramadhan Sikap berani: Berikan kepercayaan kepada si Kecil untuk membaca doa-soa sederhana, misalnya saat sebelum makan bersama. Rasa ingin tahu: Ajak si Kecil berdiskusi tentang sebuah kisah Nabi yang baru saja ditonton atau diceritakan Cinta kebersihan: Sebelum berbuka puasa, ajari si Kecil agar mencuci tangan terlebih dahulu. Pastikan pula, si Kecil bisa menjaga kerapian serta kebersihan rumah, agar memberikan kenyamanan bagi saudara yang berkunjung Menghargai waktu: Bantu si Kecil membuat jadwal kegiatan harian selama bulan Ramadhan dan menyarankan padanya untuk banyak melakukan kegiatan positif Berpikir positif: Hindarkan si Kecil dari obrolan yang mengandung hal-hal negatif, misalnya membicarakan keburukan orang lain. Nasihati pula ia agar tidak mudah mengeluh saat belajar menahan lapar Percaya diri: Berikan kepercayaan kepada si Kecil untuk membersihkan kamar, mengenakan pakaian, menali sepatu dengan bantuan seminimal mungkin Cinta damai: Bila ada suatu persoalan dengan teman atau saudara, Ayah Bunda bisa membantunya agar bisa menyelesaikannya dengan baik Pantang menyerah: Saat si Kecil sudah mulai ada rasa malas atau mengeluh saat berpuasa, Ayah Bunda bisa memotivasi dan menceritakan pengalaman orang yang berhasil menunaikan ibadah puasa Sederhana: Tanamkan dalam diri si Kecil agar tidak perlu hidup bermewah-mewah untuk kepentingan diri sendiri Kejujuran: Ajarkan pada si Kecil akan pentingnya sikap jujur agar dipercaya oleh banyak orang. Baca juga:Modul Ajar & RPPH PAUD / TK Usia 2-3 Tahun, Tema : Kegiatan Seni Selama Bulan Ramadhan 2024 Ayah Bunda Sahabat Educa, semoga kegiatan-kegiatan Ramadhan yang menyenangkan di atas dapat membantu dalam menanamkan nilai-nilai positif pada si Kecil. Selamat menunaikan ibadah puasa dan semoga Ramadhan ini membawa berkah bagi keluarga kita! Koleksi Dongeng RIRI: Cerita anak interaktif yang ramah anak dan edukatif